Berikut adalah 7 hal unik mengenai Gereja Pentakosta Indonesia:
- Memiliki salam sapaan yang unik
- Memiliki logo gereja yang artinya sangat mendalam’
- Memiliki doa pembukaan yang khas
- Memiliki cara berdoa “berlutut” ketika mengakhiri ibadah
- Hamba Tuhan tidak mendapat gaji
- Terdapat dua kali penyampaian Firman Tuhan dalam Ibadah
- Selalu mengadakan doa 10 malam setiap tahun
1. Memiliki salam sapaan yang unik
PUJI TUHAN! HALELUYA!
Kalimat ini senantiasa terdengar dalam setiap sapaan di GPI, menjadi ciri khas yang begitu mendalam. Kata-kata ini kerap digunakan untuk menyapa seseorang, membuka pembicaraan di hadapan jemaat, hingga menutupnya dengan penuh sukacita. HALELUYA adalah bahasa surgawi, bahasa para malaikat, yang memiliki makna mendalam: Pujilah Tuhan. Ungkapan ini menginspirasi setiap orang untuk senantiasa memuji dan meninggikan Tuhan Yesus dalam segala hal.
Berbeda dengan sapaan “Syalom,” yang berarti Horas atau Salam Sejahtera, kata HALELUYA memiliki keunikan tersendiri. Dalam Alkitab, istilah ini hanya disebutkan dalam Kitab Mazmur dan Wahyu. Raja Daud, seorang penyair ilahi, sering kali mengungkapkan pujiannya kepada Tuhan. Ia memuliakan Allah atas karya-Nya yang luar biasa, hingga ia berseru:
“Haleluya! Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” (Mazmur 106:1)
Sementara itu, dalam Wahyu, para malaikat di surga yang tak terhitung jumlahnya juga menyerukan dengan suara nyaring:
“Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita!” (Wahyu 19:1b)
Biarlah setiap makhluk yang bernafas—Anda dan saya—senantiasa memuji Tuhan, sekarang dan sampai selama-lamanya. HALELUYA!-lamanya
2. Arti logo gereja
Berikut arti dari logo Gereja Pentakosta Indonesia
- Paling atas adalah salib melambangkan Kristus
- Ditengah adalah alkitab yang adalah firman Allah
- Paling bawah adalah buku yang melambangkan ilmu pengetahuan
Buku posisi paling bawah adalah ilmu pengetahuan manusia/jemaat yang tunduk dan mendukung kepada kebenaran Alkitab, sedangkan Alkitab posisi di tengah menerangi hati dan pikiran manusia dan menjembatani kepada (untuk) kemuliaan Kristus.
3. Memiliki doa pembukaan yang khas
“Berfirmanlah Engkau ya Tuhan
Sebab aku mendengarkanMu
Nyatakanlah kepadaku untuk
Memuliakan namaMu, penuhlah
Jiwaku dengan kasih karuniaMu
Haleluya. Amin!”
Doa ini sering diucapkan oleh jemaat GPI di seluruh Indonesia, diawali dengan kata "Berfirmanlah" sebagai sebuah permohonan kepada Tuhan untuk menyatakan kehendak-Nya. Ungkapan ini mencerminkan kerinduan mendalam kepada Allah, sebuah permintaan yang tulus agar jemaat dapat memahami dan meresapi pesan ilahi yang pada akhirnya membawa mereka untuk memuliakan Tuhan. Meskipun singkat, doa ini memiliki makna yang sangat luas dan mendalam, mendorong jemaat untuk hidup dalam penyembahan dan penghormatan kepada Tuhan.
4. Memiliki cara berdoa “berlutut” ketika mengakhiri ibadah
Berlutut dan berdoa adalah tindakan yang sering dilakukan oleh tokoh-tokoh Alkitab dan juga umat percaya hingga saat ini. Berlutut, berdoa, memuji, dan menyembah Yesus merupakan wujud kerendahan hati yang mendalam, di mana seorang pendoa mengakui ketidakmampuannya untuk berdiri di hadapan Allah yang kudus. Dengan berlutut, seorang pendoa menyampaikan isi hatinya kepada Tuhan, sekaligus menyadari betapa tidak layaknya manusia untuk meminta kepada Tuhan Yesus yang kudus dan suci.
Coba bayangkan, ketika anak Anda meminta sesuatu. Jika ia datang kepada Anda sambil berkata, “Bapa, minta uang dong untuk beli kue,” Anda mungkin langsung memberinya uang, dan anak itu segera pergi. Namun, bayangkan jika anak Anda datang dengan berlutut—meskipun jarang terjadi—dan dengan penuh hormat berkata, “Bapa, bolehkah saya meminta uang untuk membeli kue?” Tentu, Anda akan memberinya uang, tetapi cara kedua ini menunjukkan kerendahan hati yang lebih dalam, dan saya yakin, sebagai orang tua, Anda akan lebih tersentuh oleh cara tersebut.
Demikian pula dengan Allah. Berlutut dalam doa adalah tindakan yang dirindukan-Nya dari anak-anak-Nya. Tuhan Yesus sendiri memberikan teladan ini, seperti ketika Dia berlutut dan berdoa di Taman Getsemani. Raja Daud juga dikenal karena berlutut dan berdoa tiga kali sehari menghadap Bapa. Rasul Paulus, bersama para penatua di Efesus, melakukan hal yang sama. Tindakan berlutut adalah ungkapan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Tuhan Yesus rindu agar kita tidak meninggalkan cara berdoa yang penuh kerendahan hati ini. Melalui doa seperti ini, Dia akan mencurahkan kuasa-Nya dan memberikan kekuatan kepada kita dalam setiap pergumulan hidup.
5. Hamba Tuhan di GPI tidak mendapat gaji
Tuhan memiliki banyak cara untuk memastikan para pelayan-Nya tidak kekurangan. Dia tidak pernah kehabisan cara untuk memberkati mereka yang setia melakukan kehendak-Nya, terutama dalam tugas pemberitaan Injil. Hamba-hamba Tuhan di GPI yang melayani dengan tulus tanpa bersungut-sungut selalu dicukupkan oleh Allah sesuai dengan kasih karunia-Nya.
Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari hal ini, terutama bagi kita yang hidup di lingkungan yang memberikan peluang besar untuk melayani Tuhan, bahkan tanpa mengharapkan imbalan? Mari kita renungkan perkataan Rasul Paulus:
“Upahku ialah ini, bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil” (1 Korintus 9:18).
Melalui teladan Paulus, kita diajak untuk melayani Tuhan dengan hati yang tulus tanpa berfokus pada upah duniawi. Paulus mengajarkan bahwa pelayanan sejati adalah bentuk kasih dan ketaatan kepada Allah, bukan karena mengharapkan balasan materi.
Tuhan telah menjanjikan upah yang mulia di surga bagi mereka yang setia melayani-Nya. Oleh karena itu, marilah kita melayani Tuhan dengan penuh kerendahan hati, sukacita, dan keyakinan bahwa Dia selalu mencukupi setiap kebutuhan kita serta mempersiapkan upah kekal bagi mereka yang setia dalam pelayanan.
6. Penyampaian Firman Tuhan secara dua kali
Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus. Dalam tradisi jemaat GPI, Firman Tuhan biasanya disampaikan dua kali dalam satu kali ibadah. Hal ini mencerminkan kerinduan para hamba Tuhan di GPI untuk mendorong pertumbuhan iman jemaat dan memperlengkapi mereka dengan pengetahuan yang benar tentang Kristus.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita diingatkan untuk tidak jemu mendengar Firman, meskipun ada pengulangan. Firman Tuhan adalah dasar dari segala sesuatu, pelita bagi kaki kita, dan terang bagi jalan kita. Penyampaian Firman dua kali dalam ibadah juga disesuaikan dengan struktur pelayanan di GPI, di mana Amang Guru atau Amang Sintua biasanya membawakan Firman Tuhan pertama, yang kemudian dilanjutkan oleh Amang Pendeta atau Gembala Sidang.
Ketika ada hamba Tuhan tamu yang mengunjungi jemaat GPI, ia sering diberi kesempatan untuk berkhotbah, sementara Firman Tuhan kedua dilanjutkan oleh Gembala Sidang setempat. Tradisi ini mencerminkan keunikan GPI, di mana jemaat diarahkan untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam dan benar tentang Firman Tuhan.
Dengan penyampaian Firman Tuhan yang berlimpah dan tepat, jemaat GPI dipersiapkan menjadi umat yang memiliki iman yang kokoh dan hati yang siap menghadapi kekekalan bersama Kristus. Inilah panggilan mulia yang terus dijalankan oleh para hamba Tuhan dan jemaat GPI.
7. Doa Sepuluh Malam
Doa Sepuluh Malam adalah tradisi yang selalu dilakukan di GPI sebagai bentuk kerinduan untuk menantikan turunnya Roh Kudus. Selama sepuluh malam berturut-turut, jemaat berkumpul dengan tekun dan sehati untuk berdoa bersama, menantikan kehadiran Roh Kudus. (Namun ingat, Tuhan tidak terbatas pada waktu tertentu—di hari lain pun Dia siap mencurahkan Roh-Nya jika kita meminta dengan sungguh hati. Dijamin, Dia pasti memberi! 😀)
Ibadah Sepuluh Malam ini bertujuan agar setiap orang yang hadir dipenuhi oleh Roh Kudus. Ketika Roh Kudus hadir dalam hidup jemaat, buah-buah Roh seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, dan pengendalian diri akan terpancar dalam kehidupan mereka. Jemaat juga diharapkan meninggalkan cara hidup lama yang sia-sia, memilih untuk berjalan dalam kekudusan, dan berjuang menuju masa depan yang penuh harapan bersama Kristus.
Lebih dari itu, kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan jemaat diharapkan dapat “menularkan” terang dan kasih Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal-Nya, sehingga hidup mereka juga diubahkan oleh kuasa-Nya.
Tuhan Yesus memberkati kita semua!
0 Komentar